bnewsmedia.id Tanah Datar – Setiap ornamen di Museum Istana Basa Pagaruyung mempunyai cerita dan kegunaan tersendiri seperti Dua buah Tabuah ataupun beduk yang ada di bangunan kebanggaan masyarakat minangkabau ini.
Tabuah adalah alat musik seperti gendang, cuma dalam bentuk yang besar. Tabuah merupakan instrumen musik tradisional yang telah digunakan sejak ribuan tahun lalu, yang memiliki fungsi sebagai alat komunikasi tradisional di Minangkabau, baik dalam kegiatan ritual keagamaan maupun politik. Di Minangkabau, sebuah Tabuah biasa dibunyikan untuk pemberitahuan mengenai waktu sembahyang. Tabuah terbuat dari sepotong batang kayu besar atau pohon enau sepanjang kira-kira tiga meter atau lebih. Bagian tengah batang dilubangi sehingga berbentuk tabung besar. Ujung batang yang berukuran lebih besar ditutup dengan kulit binatang yang berfungsi sebagai membran atau selaput gendang. Bila ditabuh, tabuah menimbulkan suara berat, bernada khas, rendah, tetapi dapat terdengar sampai jarak yang cukup jauh. hampir semua masjid dan surau di Minangkabau menggunakan tabuah sebagai alat pemberitahu waktu shalat atau sembahyang.
Raja di Minangkabau juga menggunakan tabuah sebagai alat komunikasi. Ada dua buah Tabuah di Istano Pagaruyuang, yaitu yang terkenal dengan nama Tabuah larangan. Tabuah pertama bernama Gaga Bumi yang dibunyikan apabila terdapat peristiwa yang besar seperti bencana alam, kebakaran, tanah longsor dsb. Tabuah kedua bernama Tabuah Mambang Diawan yang dibunyikan untuk memanggil Basa Nan Ampek Balai (Dewan Empat Menteri) yaitu Tuan Titah di Sungai Tarab, Tuan Kadi di Padang Ganting, Tuan Indomo di Saruaso, Tuan Mankudun di Sumanik, Tuan gadang di Batipuh serta Tigo Selo (Raja Alam, Raja Adat, Raja Ibadat) untuk mengadakan rapat.(An/lap
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT