Tanah datar.
Sebagai daerah yang dikenal dengan asal muasal orang Minangkabau,tak heran Kabupaten Tanah Datar menjadi pusat kebudayaan dan adat istiadat di Sumatera Barat,bahkan Istano basa pagaruyung juga dijadikan ikon dari daerah itu,hal ini memicu wisatawan asing maupun domestik beramai-ramai mengunjungi Pagaruyung padahal di bumi luhak nan tuo selain Istano basa Pagaruyung dan Desa terindah didunia Pariangan masih banyak obek wisata yang layak untuk diperkenalkan ke dunia luar seperti batu angkek-angkek di Tanjung sungayang,menhir di talago gunung yang berusia ratusan bahkan ribuan tahun dan rumah tuo kampai nan panjang.
Bercerita tentang Rumah tuo Kampai Nan panjang yang terletak di Nagari balimbing kecamatan Rambatan tentu akan menjadi tambahan khasanah budaya bagi kita,betapa tidak Rumah gadang ini mempunyai ciri khas yang sangat unik salah satunya adalah pintu kamar yang berbentuk oval dengan jumlah kamar sebanyak tujuh, hal ini menandakan jumlah perempuan yag menghuni rumah gadang sebanyak tujuh orang, selain bentuk jendela kamar yang oval pintu rumah gadang juga tidak kalah uni karena tidak memakai engsel pintu yang terbuat dari besi, agar pintu bisa menutup dan membuka yang digunakan adalah poros dengan cara melubangi kayu. Keunikannya tidak terhenti sampai disitu orang-orang akan tercengang dengan kemampuan para ahli pendiri rumah gadang dimana rumah gadang ini dikonstruksi tidak menggunakan paku namun menggunakan pasak-pasak yang kuat.dibalik semua keunikan yang dipunyainya hall yang paling menonjol adalah Rumah gadang ini mampu mempertahankan eksistensinya selama ratusan tahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Rumah Tuo Kampai Nan panjang yang berada 13 KM dari Kota Batusangkar ini merupakan salah satu peninggalan nenek moyang yang masih terjaga dan lestari dari gempuran zit geist yang berubah-rubah adalah Rumah Tuo Kampai Nan Panjang. Rumah gadang ini masih kokoh berdiri sampai saat ini dan menjadi salah satu bangunan cagar budaya kekayaan bangsa.
Secara tradisional, setiap keluarga inti dapat memiliki sebuah perapian dan tempat masak sendiri di dalam rumah itu sendiri. ini memungkinkan lebih banyak kedaulatan di antara para perempuan dan mencegah perselisihan, yang sering terjadi di antara saudara-saudara perempuan dan sepupu-sepupu, menjadi terlalu memecah-belah. Tapi pada 1847, dalam upaya mencegah kebakaran, belanda melarang perapian di dalam rumah. Ruang masak menjadi dapur terpisah, ditempatkan di bawah bagian belakang rumah. Campur tangan kolonial ini menimbulkan pemecahan beberapa rumah gadang serta pembangunan berbagai rumah rumah kecil, biasanya untuk keluarga-keluarga inti di sekitar tanah milik. Rumah-rumah ini menjiplak garis atap yang stereotipikal rumah gadang itu dan memelihara keturunan matrilineal, tapi bukan lagi rumah-rumah komunal untuk sekelompok keluarga luas matrilineal.
Kepala Balai Peninggalan Cagar Budaya Provinsi Teguh Hidayat melalui humas Kosasih kepada Bnews ,Jumat (5/3) menyebutkan berdasarkan hasil penelitian Jefrey Hadler diketahui pihak kolonial berusaha mengoyak orisinilitas rumah gadang dengan aturan yang dibuatnya, namun ternyata tidak semua rumah gadang mengikuti aturan yang dbuat oleh kolonial, salah satu rumah gadang yang tetap bertahan adalah Rumah Tuo Kampai Nan Panjang, Pihak kolonial mengemukakan alasan dalam satu persepektif saja melalui kacamatanya saja agar dapur dan rumah terpisah dan dibangun rumah-rumah kecil di samping rumah gadang untuk keluarga inti jadi tidak semua keluarga inti tinggal di rumah gadang, perubahan yang dilakukan oleh pihak kolonial berlangsung sampai saat ini.
Menurutnya,kebanyakan peninggalan rumah gadang di Minangkabau ataupun rumah gadang yang baru dibangun pada abad ke 20 mempunyai dapur yang terpisah dari rumah. Nenek moyang orang Minangkabau membuat perapian atau dapur di dalam rumah bukan tanpa alasan, semua arsitektur dan interior mempunyai makna yang dalam, kemungkinan besar dapur di dalam rumah bertujuan untuk menunjukkan transparansi di dalam Rumah Gadang. Perubahan itu tidak berlaku terhadap Rumah Tuo Kampai Nan Panjang, rumah gadang ini tetap kuat mempertahankan eksistensi dirinya ditengah penetrasi kolonial, salah satunya dilihat dari dapur yang masih terdapat di dalam rumah, pada mulanya rumah gadang ini mempunyai dua tungku di dalam rumah namun sekarang hanya tinggal satu tungku , selain dapur Rumah Tuo Kampai Nan Panjang masih mempunyai aluang yang terletak pada sisi kiri dan kanan pintu, aluang merupakan sebuah kotak yang terbuat dari kayu yang digunakan sebagai tempat penyimpanan benda-benda milik kaum seperti pakain adat dan benda-benda berharga lainnya (aluang yang dipunyai Rumah Tuo Kampai Nan Panjang terbuat dari satu badan kayu utuh).
“Sekarang ini Rumah Tuo Kampai Nan Panjang merupakan salah satu destinasi wisata budaya, rumah gadang ini tercatat sebagai salah satu rumah tertua di Minangkabau yang dibangun sekitar abad ke 16, rumah ini merupakan rumah adat traditional yang telah di wariskan secara turun temurun pada lima generasi suku kampai dan Rumah gadang ini telah berdiri selama ratusan tahun dan tetap bertahan menunjukkan eksistensi dirinya, keunikan dan keistimewaan Rumah gadang ini harus terus dilestarikan sebagai bukti warisan budaya nenek moyang.”pungkasnya(FA/LAP)