Batusangkar,
Museum Istano Basa Pagaruyung yang telah menjadi ikon wisata Bumi Minangkabau dibuka dan dapat dikunjungi oleh wisatawan asing maupun domestik setiap saat.
Museum ini diproyeksi sebagai pusat pengembangan adat dan budaya Minangkabau.selain bangunan induk berupa istana di lokasi ini terdapat bangunan lainnya seperti tabuah, surau, balai adat bodi chaniago, balai adat koto piliang, pincuran tujuah dan bangunan penunjang lainnya. Pada masa mendatang juga akan dibangun museum budaya, ruang visualisasi adat budaya, gedung pertemuan dan perpustakaan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Museum Istana Basa Pagaruyung bisa menjadi pintu gerbang bagi wisatawan sebelum mengenal tempat lainnya di Sumatera Barat. Tempat ini dapat dijadikan sebagai pusat pembelajaran, pelatihan, penelitian dan sekaligus tempat wisata bernuansa budaya. Maka harus konsisten dan dapat terus menjaga kebutuhannya sebagai situs budaya bernilai tinggi.
Selain Menjadi ikon wisata Minangkabau,Museum ini juga sebagai lambang pemersatu nusantara,betapa tidak berbagai even besar seperti tour de Singkarak juga mengambil museum ini sebagai tempat start maupun finish nya.
Komplek museum Istano Basa Pagaruyung mulai dibangun pasa 27 Desember 1976 ini adalah nama duplikat (tempat tinggal) keluarga kerajaan Minangkabau yang sekaligus menjadi pusat kerajaan Minangkabau pada masanya, konstruksi bangunannya berbeda dengan rumah gadang kebanyakan.
Pada masa Kerajaan Minangkabau Istano Pagaruyung memainkan peran ganda, sebagai rumah tempat tinggal keluarga kerajaan dan pusat pemerintahan.
Kepemimpinan Rajo Alam pada kerajaan Minangkabau dikenal dengan ‘tali tigo sapilin’ dan pemerintahannya dikenal ‘tungku tigo sajarangan’.
Rumah gadang Minangkabau dibangun berdasarkan mufakat semua anggota kaum dan atas persetujuan Penghulu Nagari dan dibiayai oleh suku, berfungsi sebagai tempat pelaksanaan adat dalam kehidupan masyarakat.
Rumah gadang juga bukti nyata kemampuan adat dalam mempersatukan kepentingan, inspirasi dan kebutuhan anggota kaum untuk terciptanya iklim dan kehidupan yang damai, adil dan harmonis dibawah penghulu kaum.
Museum Istano Basa Pagaruyung sekarang merupakan duplikat dari istano yang dibakar Belanda pada tahun 1804. Pada 1976 Istano ini dibangun kembali yang lahir dari pemikiran pemerintah daerah dan tokoh-tokoh adat Sumatra Barat untuk melestarikan nilai-nilai adat, seni, dan budaya serta sejarah Minangkabau.(an/LAP)
Sumber : buku Panduan Wisata Kabupaten Tanah Datar/penulis Alfian Jamrah, Efrison dan Renti Amelia.