Tanah datar,Peran besar Pemancar Radio YBJ 6 dalam menyampaikan informasi kepada dunia internasional bahwa Republik Indonesia masih ada melalui sebuah Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) menjadi sebuah titik balik perjuangan RI dalam mempertahankan kemerdekaan.
PDRI dibentuk di Sumatera Barat di bawah pimpinan Syafrudin Prawiranegara yang saat itu menjabat Menteri Kemakmuran RI akibat ibu kota Yogyakarta dikuasai Belanda dan ditangkapnya Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Muhammad Hatta serta beberapa menteri yang kemudian dikenal sebagai Agresi Belanda II.
Terkait dengan itu, penjajah Belanda menganggap peran pemancar Radio YBJ6 sangat vital makanya harus dimusnahkan.
Dikomandoi oleh Mayor DS Ardiwinata Radio YBJ6 harus dibawa bergerak dari Bukittinggi menuju Halaban untuk menghindari kejaran tentara Belanda waktu itu.
Pada akhirnya Radio YBJ6 diinapkan selama tiga bulan di rumah Inyiak Soma di Lareh Aia Nagari Lubuk Jantan Kecamatan Lintau Buo Utara, Kabupaten Tanah Datar dan dari sanalah Radio YBJ6 kembali mengudara membuktikan Indonesia masih ada.
Singkat cerita Sudarsono dan Aa Maramis yang tengah ikut konferensi Asia Afrika di New Delhi menerima kabar dari Radio YBJ6 kondisi Indonesia yang masih negara berdaulat hingga disuarakan kembali keberadaan Indonesia kepada PBB.
Untuk itu di Tanah Datar sendiri ulas Wabup, selalu memperingati Hari Bela Negara setiap tahunnya tanggal 19 Desember menandai terbentuknya PDRI di Monumen Radio YBJ6 di Lareh Aia Nagari Lubuk Jantan Kecamatan Lintau Buo Utara.
Begitulah sedikit cerita disampaikan Wakil Bupati Tanah Datar Richi Aprian, SH, MH saat audiensi di Kemenkopolhukam yang disambut secara langsung Deputi Bidang Kesatuan Bangsa Janedjri M. Gaffar di ruang rapat Nakula, Jakarta, Jumat (24/4/2021).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dari dasar cerita itulah Wabup Richi Aprian menyampaikan Radio YBJ6 sudah pasti berada di Kabupaten Tanah Datar akan tetapi tidak masuk dalam daftar draf Inpres pembangunan monumen nasional PDRI.
“Kedatangan kami di sini bukan hanya sekedar memperjuangkan pembangunan monumen nasional PDRI tetapi meluruskan sejarah terkait Radio YBJ6 ini, bagaimana eksistensinya yang berperan penting di masa kolonial Belanda sehingga kedaulatan RI dapat diakui dunia,” ujar Wabup Richi.
Pembangunan monumen nasional PDRI itu dianggap sangat penting bagi suatu daerah yang terlibat ke dalam sejarah ini, bagaimana tidak, hal tersebut menyimbolkan sejarah perjuangan bangsa Indonesia saat terjadinya kekosongan pemerintahan pada tahun 1948 s/d 1949.
“Sejarah telah mencatat tempat di mana Radio YBJ6 disiarkan, yakni di Lareh Aia Nagari Lubuk Jantan Kecamatan Lintau Buo Utara, Kabupaten Tanah Datar, mudah-mudahan usaha kita ini dapat diwujudkan dengan segera,” ujar Wabup Richi.
Senada dengan itu Bupati Tanah Datar Eka Putra yang menyampaikan pesannya melalui video singkat menyebutkan dengan modal perjuangan Radio YBJ 6 yang lolos dari gempuran Belanda, jalur sejarah YBJ 6 dari Lima Puluh Kota, Halaban, Pauh Tinggi Tanjung Bonai, Bodi Balai Tangah dan akhirnya harus disembunyikan melalui Batang Sinamar menuju Lareh Aia tepatnya di rumah Inyiak Soma adalah sejarah yang tidak boleh dilupakan dan dihilangkan begitu saja..
“Peran pejuang di jalur sejarah PDRI ini harus kita wariskan kepada generasi muda seluruh Indonesia, dengan sejarah maka nasionalisme anak bangsa ini akan menggelora sebagai semangat cinta tanah air. Untuk itu kami berharap semua pihak untuk melihat utuh sejarah PDRI ini dan tentunya kita jadikan kawasan jalur sejarah PDRI sebagai bagian utuh wisata sejarah bangsa ke depannya,” ungkap bupati.
Sementara itu, Deputi VI Bidang Kesatuan Bangsa Janedjri M. Gaffar mengatakan menyangkut permasalahan tersebut dapat diterima, dipertimbangkan dan ditelaah secara terperinci sehingga menemukan titik terangnya.
“Dari cerita versi Kabupaten Tanah Datar terkait perjuangan PDRI dimasa itu telah kami terima, kita akan mendengar versi lainnya dari berbagai sumber, untuk nantinya menjadi bahan diskusi melalui FGD yang melibatkan para ahli, guna mencari solusi atas permasalahan ini,” ujar Janedjri M. Gaffar.
Janedjri M. Gaffar menambahkan banyak hal yang dilakukan secara bersama tidak hanya kontruksi sejarah yang mampu membangkitkan rasa nasionalisme.
“Intinya bersama mengambil tangung jawab menumbuhkan rasa nasionalisme untuk generasi yang akan datang, mudah-mudahan apa yang kita semua inginkan terwujud,” ujar Janedjri M. Gaffar.
Hadir pada saat itu Sekretaris Deputi VI Kesatuan Bangsa Brigjen Polisi Laksana, M. Hum, Kabid Asisten Deputi VI Kesatuan Bangsa Kolonel Marinir Guslin, Kepala Kesbangpol Tanah Datar Irwan, Kepala Dinas Pendidikan Tanah Datar Riswandi, Kabid Kebudayaan Abrar Mukhlis dan Wali Nagari Lubuak Jantan Mukhlis. (an/RehanLAP)