bnewsmedia.id – Pendidikan merupakan proses belajar mengajar yang diselenggarakan di sekolah. Salah satu faktor yang menunjang pengembangan diri sesuai teknologi dan kemajuan sains adalah pendidikan. Setiap perubahan yang terjadi dikehidupan mampu dihargai dengan adanya pendidikan. Pendidikan yang berkualitas mampu mengembangkan potensi peserta didik dengan menggunakan model,metode dan proses pembelajaranyang tepat.
Proses pembelajaran merupakan kegiatan interaksi antar guru dan peserta didik di dalam kelas. Pada proses pembelajaran akan melibatkan kegiatan belajar dan mengajar yang dapat menentukan keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan pendidikan (Hariyanti, 2016). Menurut Hariyanti (2016) mengungkapkan bahwa manfaat pembelajaran yaitu memperoleh pengetahuan yang dapat dikembangkan dengan berbagi pengalaman sehingga saling memberikan keuntungan.
Umumnya kegiatan belajar mengajar dilakukan di sekolah dengan melibatkan fasilitator yaitu guru. Guru merupakan sosok yang mencetak sumber daya manusia yang berkualitas sehingga mampu bersaing baik dalam kancah nasional maupun internasional.(Alawiyah, 2013) menyatakan bahwa guru adalah garda terdepan dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia karena keberhasilan pendidikan ada di tangan guru. Karena guru adalah sosok yang berhadapan langsung dengan peserta didik di kelas saat proses pembelajaran berlangsung. Guru sangat memiliki peranan penting untuk melahirkan peserta didik yang berkualitas baik dalam hal kematangan emosional, akademis, spiritual maupun moral. Untuk mencapai hal tersebut maka dibutuhkan guru yang memiliki kompetensi, softskill, kreativitas dan dedikasi yang tinggi dalam mengemban amanahnya.
Selain itu, sebagai garda terdepan guru memiliki tugas mengajar, mendidik, memberikan bimbingan dan arahan, evaluasi dan penilaian, sampai moral dan mental kepada peserta didik. Proses belajar mengajar yang biasanya dilakukan guru berada di dalam kelas dan bertatapan langsung dengan peserta didik. Namun, belakangan ini kegiatan belajar mengajar tersebut harus terhenti dan digantikan dengan pembelajaran secara daring (online). Hal ini disebabkan oleh wabah virus yang belakangan ini menyerang seluruh dunia termasuk Indonesia.
Pandemi Covid-19 (corona virus disease 2019) merupakan virus yang penularannya sangat cepat namun sulit untuk menetahui ciri – ciri orang terjangkit virus ini kecuali setelah 14 hari. Hampir seluruh negara mengalami dampak pandemi ini, termasuk Indonesia. Maka banyak negara yang memilih lockdown untuk mencegah penularan virus ini. Kebijakan yang diambil ini memiliki dampak yang dapat dikatakan merugikan bagi berbagai sektor salah satunya pendidikan. UNESCO mencatat setidaknya sekita 1,5 milyar anak yang berada dijenjang sekolah terdampak COVID-19 dari 188 negara termasuk 60 juta diantaranya berasal dari Indonesia. Karena pandemi ini sekolah –sekolah ditutup yang bertujuan untuk mencegah rantai penyebaran virus COVID-19 (Hilna Putria, 2020).
Meskipun sekolah – sekolah ditutup namun proses pembelajaran tetap berlangsung aktif yang awalnya dari pembelajaran offline berubah menjadi online. Berdasarkan surat edaran Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Tentang Kebijaksanaan Dalam Masa Darurat Penyebaran Coronavirus Disease (Covid-19) menjelaskan bahwa pembelajaran dilakukan secara daring atau online di rumah. Pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang dilakukan melalui jarak jauh yang dibantu dengan jaringan internet menggunakan teknologi seperti komputer maupun gadget. Model pembelajaran daring berbeda dari proses pembelajaran yang selama ini dilakukan di sekolah. Dimana bukan hanya guru dan peserta didik saja yang berinteraksi, namun dalam pembelajaran daring ini orangtua sangat memiliki peran penting dalam berlangsungnya pembelajaran. Karena tanpa pantauan dari orantua akan sulit bagi peserta didik untuk belajar secara daring. Karena pembalajaran dari membutuhkan kejelian dan ketelitian dalam mengolah informasi dan materi pelajaran yang diberikan oleh guru.
Pembelajaran daring ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Beberapa kelebihannya yaitu keluwesan tempat dan waktu belajar, tidak ada batasan luas area, suasana belajar baru, siswa yang dituntut untuk melek teknologi dan lainnya. Disisi lain, pembelajaran daring pun memiliki kerkurangan seperti kondisi anak yang kurang fokus karena suasana rumah yang kurang kondusif, internet dan jaringan yang kurang memadai, serta teknologi yang belum tentu semua orang punya. Selama pembelajaran daring ini banyak orangtua yang mengeluh disebabkan oleh beberapa masalah yang dihadapi. Baik dari sisi peserta didik maupun teknologi yang digunakan. Banyaknya tugas yang diberikan guru yang menuntut orangtua harus melek teknologi merupakan beberapa kendala yang sangat meresahkan bagi orangtua (Riyana, 2019).
Selain itu, selaras dengan pendapat Hilna Putria (2020) bahwa guru masih memiliki banyak kendala seperti keikutsertaan peserta didik yang tidak mencapai 100% dalam pembelajaran daring. Bahkan ada peserta didik yang tidak mengikuti pembelajaran dari awal hingga akhir yang membuat guru bingung untuk memberikan penilaian dan hasil evaluasi. Pembelajaran daringn sangat berdampak pada peserta didik. Dimana mereka semakin hari merasa semakin jenuh dan bosan akan pembelajaran. Semangat dan antusias peserta didik semakin hari semakin menurun. Kemudian sekolah yang libur terlalu lama membuat peserta didik jenuh karena mereka ingin segera bersekolah dan bermain dengan teman – temannya.
Dewasa ini softskill menjadi perbincangan publik bahkan menjadi keharusan dalam proses pembelajaran terutama bagi pendidik sehingga softskill tersebut juga dapat ditanamkan pada diri peserta didik. Softskill merupakan kemampuan interpersonal yang harus dimiliki untuk mendukung kemampuan teknis dalam bidang profesi tertentu. Softskill diperlukan untuk mendukung hardskill atau keterampilan teknis yang telah didapatkan oleh seseorang. Softskill mempunyai porsi besar dalam mendukung kesuksesan pendidik sebagai garda terdepan pendidikan. Karena adanya kemampuan hardskill tanpa didukung kemampuan softskill yang baik, maka semua akan sia – sia. Selain softskill guru juga harus memiliki kreativitas(Hartiti, 17 Juli 2020, 10). Sebelum membahas kreativitas, guru harus memahami 4 hal dalam pembelajaran yakni, 1. konteks kekinian pendidikan yaitu membangun kesejahteraan berbasis peradaban karena guru harus bisa menjelaskan mengenai peradaban karena peradaban merupakan integrasi ketuhanan, pikiran manusia dan teknologi, 2. Konteks dan perspektif pengembangan profesi dimana guru harus memahami milestone pengembangan profesi guru, 3. Konteks kekinian pembelajaran sekolah, 4. Konteks kekinian untuk semua jenis lulusan, jenjang dan jalur pendidikan.
Beberapa hal yang harus dilakukan guru pada masa pandemi ini yaitu guru harus merubah mindsetnya dengan pertama merubah cara pandangnya terhadap profesi guru, penguatan integritas nilai, merubah paradigma kurikulum yang berbasis kapasitas dan mengurangi materi rutinitas dengan cara menggantinya dengan materi hots serta inovasi dalam penilaian peserta didik (Gultom, 02 Juli 2020).
Hemat penulis, sistem pembelajaran daring ini menuntut guru untuk memilik softskill dan kreativitas yang baik. Sekarang ini, cara guru untuk mengatasi kejenuhan peserta didik yaitu dengan memberikan video menarik. Namun, tidak semua guru mampu membuat video yang menarik yang sesuai dengan materi pelajaran. Karena hardskill yang dimiliki guru juga terbatas. Maka untuk mengimbangi hal tersebut dibutuhkan softskill dan kreativitas guru supaya mampu dalam menghidupkan suasana belajar meskipun pembelajaran daring. Bagaimana rasa kejenuhan dan rasa bosan tersebut bisa digantikan guru dengan minat belajar yang tinggi. Beberapa softskill yang harus dimiliki dan dikembangkan oleh guru yaitu kemampuan memotivasi siswa, berfikir kritis/problem solving, dan berfikir kreatif juga termasuk dalam softskill. Pemberian motivasi menjadi sangat penting bagi peserta didik, karena hal tersebut dapat membuat peserta didik tetap aktif dan bersemangat walaupun belajar dari rumah.
Penulis :
Almizar Rahman.,Desva Rendy
Dr. Hj. Demina, M.Pd.,Firman, M.PD.I.
Dosen dan Mahasiswa IAIN Batusangkar