Oleh :Pepy Afrilian, M.Par
(Dosen Pariwisata Syari’ah UIN Mahmud Yunus Batusangkar, Calon Kandidat PhD Tourism, Ural Federal University, Rusia)
OPINI–Kabupaten Tanah Datar yang terletak di Sumatera Barat, Indonesia, dikenal memiliki potensi wisata alam dan budaya yang melimpah. Meskipun sering disebut sebagai daerah dengan potensi wisata besar, kondisi pariwisata di Tanah Datar masih stagnan. Berdasarkan data terbaru, jumlah kunjungan wisatawan ke Tanah Datar tidak menunjukkan peningkatan signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa pariwisata di Tanah Datar memerlukan pendekatan yang lebih strategis dan terarah.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Salah satu penyebab utama stagnasi ini adalah kurangnya perencanaan yang komprehensif dan holistik. Pariwisata seringkali dijadikan sekadar embel-embel tanpa strategi pengembangan yang jelas. Seolah-olah, segala permasalahan dapat terselesaikan dengan adanya pariwisata. Sehingga Pariwisata kerap dijadikan tameng dalam janji-janji bagi orang yang berkepentingan.
Seharusnya Pariwisata bukan sebagai umpan empuk dalam segala solusi tapi dengan Pariwisata menjadi rantai penguat dan penghubung yang
mendorong keberlanjutan ekonomi, sosial, dan lingkungan. Menurut Dredge dan Jenkins (2007), pariwisata adalah sektor yang kompleks dan mencakup banyak aspek. Ketika dikelola dengan baik, pariwisata dapat memberikan dampak positif yang luas, yang dikenal dengan istilah “multiplier effect.” Namun, jika tidak dilakukan dengan pendekatan yang sesuai, risiko multi-efek negatif juga dapat terjadi.
Teori akan pengembangan pariwisata yang sering dikenal adalah Toeri oleh Butler (1980) menyatakan bahwa siklus hidup destinasi wisata melalui beberapa tahapan: eksplorasi, pengembangan, konsolidasi, stagnasi, dan pembaruan. Tanah Datar tampaknya berada dalam tahap stagnasi, di mana tanpa intervensi yang tepat, kondisi ini dapat berlanjut menjadi penurunan.
Kabupaten Tanah Datar memiliki luas wilayah sekitar 1.336,50 km, secara geogragis memiliki perbukitan dan danau menunjukkan keberagaman potensi wisata yang dapat dikembangkan di Kabupaten Tanah Datar, baik dari segi potensi wisata alam, wisata budaya, wisata ekonomi kretaif, wisata ramah muslim hingga wisata buatan melalui pelaksanaan event dan berbagai atribut wisata lainnya namun miris nya hingga saat ini belum ada destinasi yang menonjol karena ciri khasnya.
Menyikapi gap permasalahan ini, diperlukan sebuah masterplan berbasis potensi wisata yang komprehensif dan menyentuh banyak aspek. Urgensi akan kondisi ini, Master plan ini harus dapat mendiagnosis secara tepat kebutuhan dan potensi tiap-tiap Nagari di Tanah Datar, layaknya seorang dokter yang mendiagnosis penyakit sebelum memberikan obat, jika pasiennya sakit kepala maka obatnya untuk mengurangi rasa sakit kepala bukan obat untuk menghentikan diare.
Ilustrasi ini menggambarkan treatment masing-masing destinasi di Tanah Datar berbeda tidak bisa dipukulratakan sama hanya melalui event budaya saja kerena kondisi nyatanya, di Tanah Datar memang sudah ada Nagari yang Mandiri Pariwisata nya, ada juga Nagari yang masyarakatnya ingin menjadi Nagari wisata tapi tidak tau darimana memulainya atau bahkan ada juga Nagari yang ada potensi wisata tetapi masyarakatnya belum sadar akan potensi tersebut.
Berdasarkan data dari beberapa kajian dan pengamatan langsung menunjukkan Pariwisata di Daerah Tanah Datar terdiri dari beberapa klaster yang mencakup aspek alam, budaya, dan buatan, serta mempertimbangkan kapasitas dan kesiapan masyarakat setempat.
Masterplan pariwisata berbasis potensi ini juga sejalan dengan konsep Community-Based Tourism (CBT), di mana masyarakat lokal diberdayakan sebagai pelaku utama pariwisata. Ini termasuk pelatihan keterampilan, peningkatan infrastruktur, dan penguatan kapasitas dalam pengelolaan destinasi wisata yang sesuai dengan klasternya.
Selanjutnya, dalam persiapan masterplan pariwisata berbasis potensi ini juga perlu melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Kolaborasi ini penting untuk menciptakan ekosistem pariwisata yang inklusif dan berkelanjutan. Menurut Bramwell dan Lane (2000), kolaborasi dalam pariwisata dapat meningkatkan efektivitas pengelolaan destinasi dan menciptakan manfaat yang lebih merata.
Masterplan berbasis potensi sekaligus mempertimbangkan aspek keberlanjutan lingkungan, sebab penanganan aksi nyatanya berdasarkan kebutuhan sehingga hal ini turut menekankan konservasi lingkungan dan peningkatan kesadaran lingkungan, dapat menjadi strategi yang efektif untul pemberdayaan masyarakat lokal.
akhir opini ini mengingatkan kita untuk dorong pariwisata Tanah Datar untuk berkembang bukan hanya sebagai alat saja,tetapi sebagai motor penggerak ekonomi dan pembangunan yang berkelanjutan. Kolaborasi dan strategi yang tepat akan memastikan bahwa setiap potensi wisata yang ada dapat memberikan manfaat maksimal bagi seluruh lapisan masyarakat di Kabupaten Tanah Datar. (Tim Bnewsmedia)