Kita semua pernah punya pengalaman atau kisah tentang cinta. Kita pun bisa memaknai arti cinta berdasarkan semua cerita yang pernah kita miliki sendiri. Ada tawa, air mata, kebahagiaan, kesedihan, dan berbagai suka duka yang mewarnai cinta.
Setiap manusia diciptakan berpasang-pasangan. Dan pasangan hidup kita merupakan cerminan diri kita. Bersyukur sekali saya dipertemukan dengan Agus W (suami saya).
Masih ingat 14 tahun yang lalu saat suami bilang ingin melamar dan menjadikan saya istrinya. Berulang kali saya memastikan apa sudah mantap memilih saya? Karena saya perempuan yang tidak pandai mengurus rumah, tidak pandai memasak, dan tidak pandai berdandan. Saya memiliki banyak kekurangan namun saya memiliki kemauan untuk belajar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Saat suami bilang yakin dan mantap begitu pula dengan saya, saya mantapkan hati saya dan memilih dia sebagai suami, untuk menjadi ayah dari anak-anak sekaligus imam dan kepala rumah tangga. Bukan tanpa alasan saya menerimanya. Kesabaran, kerja keras dan perhatianya membuat saya yakin. Kami bisa berjalan bersama membangun rumah tangga. Belajar mengenal satu sama lain.
Karena hakikatnya hidup adalah belajar. Tahun demi tahun pernikahan, kami mulai belajar. Belajar mengenal karakter, kebiasaan masing-masing. Saya mulai belajar memasak dan mengurus rumah. Di awal-awal saya kesulitan namun lama kelamaan saya mulai terbiasa.
Seperti rumah tangga lain, cobaan dan ujian pasti ada dan kami berusaha melaluinya bersama. Setiap ada selisih atau masalah kami pasti komunikasikan bersama, salah satu mengalah, meminta maaf dan memaafkan. Kami saling belajar memberi dan menerima tanpa banyak menuntut.
Perjalan kami masih panjang, pasti akan ada cobaan di depan. Namun selama kami lalui bersama saya percaya semua bisa dilalui dengan baik.
Juffaliana Putri