Dia wanita sholehah, ramah dan penyantun. Wajahnya cerah bersinar, matanya teduh. Meskipun tidak cantik menurut lelaki pada umumnya tapi dia memiliki sesuatu yang mendorongnya menjadi cantik. mungkin ketulusan hatinyalah yang membuatnya cantik dan aura positifnya menyebar kepada orang-orang disekitarnya.
Ya… inner beuty, itulah dia… sosok nan cantik dari dalam ketulusan hati. Sejak pertemuan pertama denganya, Ilham memang memiliki kertagaguman kepadanya. Beranjak dari dia yang ramah dan penyantun serta tak mengabaikan hakikatnya sebagai seorang muslimah.
Bagi laki-laki sholeh tentu muslimah seperti ini yang selalu di dambakan untuk menjadi penyempurna iman mereka. Kisah ini berawal dari perpustakaan kampus jam 10 pagi, Safiyah sedang sibuk membolak balik sripsi di rak ujung perpustakaan.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Ternyata sedari tadi ada sepasang mata memperhatikannya, saat Safiyah menyibakkan beberapa skripsi dari rak itu terlihat seorang gagah berdiri tegap menatapnya dari balik rak. Seketika Safiyah mengalihkan pandangannya dan beranjak meninggalkan rak menuju lesehan tempat ia mengetik skripsinya.
Nafas Safiah terengah, jujur ini kali pertama baginya merasakan perasaan yang aneh begitu mengganjal dihatinya. Lelaki yang tadi memperhatikanya beranjak mendekati lesehan tempat Safiyah duduk, ia mengulurkan tangan ingin berkenalan namun Safiyah menepis dengan memposisikan kedua tangannya di depan dada layaknya emoticon high five . Ya memang begitulah seharusnya seorang laki-laki dan wanita bukan mahram bersalaman ucap Safiyah dalam hati. Ilhampun malu dan tersadar bahwa wanita ini tak sama dengan teman-teman wanitanya yang lain.
“Maafka aku” ucap Ilham kaku, “tak apa-apa” balas Safiyah sambil menunduk. “aku Ilham” lanjut Ilham mencairkan suasana. “aku Safiyah” lanjut Safiyah masih tertunduk. “Kuliah jurusan apa?” Timpal Ilham. “Sastra Inggris, kalau kamu?” balas Safiyah. “aku psikologi islam” jawab Ilham.
Setelah perkenalan singkat itu, mereka acap bertemu di perpustakaan, ya memang perpustakaan adalah tempat favorit Safiyah menghabiskan waktu luang dengan membaca buku, mengumpulkan data untuk riset dan bahkan hanya sekadar membaca-baca skripsi senior kampusnya.
Bagi Safiyah tak ada waktu selain hanya berkutat dengan buku-buku, membaca dan membaca itulah Safiyah si kutu buku. Kamis jam 10 pagi di ruangan perpustakaan kampus, “Safiyah aku ingin berbicara kepadamu” ucap Ilham serius. “apa ham?” Safiyah penasaran. “aku ingin lebih dekat dan lebih mengenalmu, maksudku aku ingin kita ta’arufan” ucap Ilham sedikit tegang. “aku…” ucap Safiyah terbata, “ham..aku..” Safiyah amsih saja belum bisa mengungkapkan apa yang akan ia katakan pada Ilham. “ tak apa jika kamu merasa ini terlalu cepat, aku sungguh memahamimu Safiyah” jelas Ilham. “ bukan itu ham…(Safiyah tertegun sebentar) baik…” kata-kata itu kemudian terlontar dari bibir merekah Safiyah. “ aku juga tak ingin timbul fitnah antara kita Ham…jika memang niatmu dan niatku baik aku setuju untuk kita ta’arufan”. “ terimakasih Safiyah” ucap Ilham senang.
Seminggu kemudian, mereka bertemu dirumah Najwa dan Fahri (teman Safiyah yang memilih menikah muda saat masih duduk di semester 6 bangku kuliah). Itu adalah kali pertama mereka ta’aruf ditemani Najwa dan juga Fahri. Tak banyak yang mereka bahas kala itu. “kita belum lama saling kenal, lantas apa yang membuatmu begitu ingin dekat denganku Ham…?” tanya Safiyah. “sebagai seorang muslim aku tentu saja mendambakan wanita sholehah ramah dan penyantun sepertimu Safiyah” balas Ilham. “ lalu apa makna pernikahan menurutmu? Setelah menikah nanti apa yang akan kau lakukan? Jika suatu hari ternyata datang wanita yang kesolehannya melebihi aku, apakah kau akan berpaling? Bukankah lelaki muslim mendambakan hal yang seperti itu?’’ lanjut Safiyah. “ istriku bagiku pakaianku, dia yang akan menemaniku, jika memang suatu hari datang kepadaku wanita sholehah lainnya tentu aku akan meminta izinmu Safiyah, jika memang kau tak mengizinkan aku akan tetap berada disisimu”.
Jelas Ilham pada Safiyah. Ta’aruf hari itu selesai, Safiyah pulang kerumah dengan hati masih bertanya-tanya. Apakah Ilham adalah jawaban dari do’a-do’anya selama ini? Atau hanya lelaki yang di suratkan mengisi cerita hidupnya sesaat? “ah apa arti semua ini” tepis Safiyah dalam hati. (bersambung)
Penulis ; Mutiara Dewantara
Ide Cerita : Lingga Ananda